INI DIA BLOG SUKA-SUKA QUW

LIHAT DAN JADIKAN INSPIRASI KALIAN

Selasa, 23 Maret 2010

manajemen pemasaran

Nike Inc. adalah salah satu perusahaan peralatan olahraga terbesar di dunia, dengan segmen sepatu menjadi produk andalannya. Resmi berdiri pada tahun 1978, mengambil nama sepatu rancangan William Bowerman yang diluncurkan pada tahun 1971. Waktu itu perusahaan ini masih memakai nama Blue Ribbon Sport yang didirikan oleh Philip H. Knight tahun 1962.
Phill adalah pemilik sekaligus pendiri perusahaan sepatu Nike. Phill sangat gigih berjuang dan berani mengambil resiko demi menjadikan Nike sebagai perusahaan sepatu yang terkenal. Phill tidak kehilangan semangat dan pesimis ketika Nike beralih menjadi sepatu casual dan kehilangan pasar. Dengan adanya peristiwa itu, Phill semakin menyadari bahwa Nike dimata konsumen memiliki persepsi sebagai sepatu olahraga, walaupun sebagian besar konsumennya tidak menggunakan sepatunya untuk berolahraga. Peristiwa ini memberikan pemikiran mengenai inovasi yang harus dilakukan oleh Phill. Phill terus berusaha mengembangkan model sepatu hingga memperluas produk dengan menambahkan beberapa perlengkapan olahraga seperti tas, kaos, topi, hingga jam tangan. Servis yang dilakukan pun juga bertambah, kini Nike memberikan layanan berupa pemesanan sepatu yang sesuai dengan keinginan baik warna, model, maupun bentuk melalui media internet.
Bowerman adalah salah satu pendiri Nike, ia bekerja dibalik layar. Bowerman memberikan saran dan inovasi bagi pengembangan disain model sepatu Nike. Phill yang mengatur strategi pemasaran Nike, sementara Bowerman bermain-main dengan melakukan eksperimen model sepatu larinya.
Usaha yang dilakukan Phil Knight dalam menjalankan usaha sepatunya sangatlah unik, ia berani mengambil resiko dengan memberikan jaminan kepada perusahaan supplier bahwa sepatunya sudah memiliki pasar atau memiliki retailer. Karena perusahaan supplier tidak akan mau menyuplai sepatu apabila Nike belum memiliki retailer. Nike juga melakukan negosiasi lain dengan pihak retailer, Nike memberikan diskon bagi retailer yang mau membeli sepatunya. Ketika uang dari retailer terkumpul, Nike memutarnya kembali dengan diberikan pada supplier. Perputaran uang yang cepat, akan mengurangi resiko kerugian. Usaha ini dilakukan agar Nike memiliki supplier yang menyiapkan pesanan sepatu sesuai dengan model yang diinginkan oleh Nike sendiri. Sehingga dengan modal sedikit, Phil tetap bisa menjalankan usaha sepatu Nike.
Setelah menjadi perusahaan global, Nike tetap melakukan usaha-usaha lain yang mendukung kesuksesan. Fokus pada spesifikasi atau image yang dibentuk dari pertama kali muncul, Nike memiliki image sebagai invent dari produk sepatu olahraga. Hal ini tetap dilakukan hingga sekarang, dan ini membentuk positioning produk Nike itu sendiri. Positioning berguna untuk membedakan tawaran yang diberikan produsen dengan membangun sejumlah keunggulan bersaing yang menarik perhatian dalam segmen tertentu. Tugas positioning terdiri dari tiga langkah, yaitu mengidentifikasi sejumlah keunggulan bersaing yang dapat dijadikan dasar untuk membangun posisi, memilih keunggulan bersaing yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk membangun posisi, memilih keunggulan bersaing yang tepat, dan memilih suatu strategi positioning produk secara menyeluruh. Perusahaan kemudian harus secara efektif mengkomunikasikan serta menyampaikan posisi yang dipilih kepada pasar.
Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan bahwa psositioning adalah apabila image dari sebuah produk ada di dalam pikiran konsumen. Strategi dari positioning adalah bagaimana menentukan segmentasi dan menyeleksi target pasar. Positioning menyatakan konsep, arti, dan servis dari sebuah produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Strategi positioning yang efektif sebaiknya memiliki dua makna sekaligus. Pertama produk haruslah sesuai dengan kebutuhan pasar, namun juga tetap melakukan persaingan.
Misi
� memberikan inspirasi dan inovasi pada atlit di dunia
� tetap dipegang oleh Nike hingga saat ini.
Image yang terkandung dalam misi ini membuat Nike selalu menggunakan model iklan seorang atlit yang terkenal di dunia, seperti Michael Jordan, Tiger Woods, dan Andrew Agassi. Schiffman dan Kanuk (2004) menyebutkan bahwa positioning yang berhasil akan menghasilkan brand-image tersendiri pada konsumen. Brand-image yang positif akan menghasilkan loyalitas konsumen, nilai positif, dan keinginan untuk mencari produk. Strategi produsen dalam positioning akan mempengaruhi kepercayaan konsumen pada merk dan harga yang mereka harus bayar.

Untuk menekan biaya produksi Nike juga memiliki strategi dengan menggunakan supplier dari Asia, sebab biaya buruh di Asia sangatlah murah. Pertama kali ketika Nike menggunakan buruh Jerman, membuat biaya produksi menjadi mahal. Strategi ini menurut Porter (dalam Robbins, 1999) disebut sebagai cost-leadership strategy. Organisasi yang memilih strategi ini harus menjadi pemimpin dalam biaya dan bukan hanya menjadi salah satu calon untuk posisi tersebut. Selain itu, produk yang ditawarkan harus dirasakan sebanding dengan yang ditawarkan oleh para pesaing, atau paling tidak diterima oleh para pembeli. Tujuan dari cost-leadership strategy adalah untuk mencapai efisiensi melalui penekanan biaya tidak langsung dan economies of scale.
Walaupun Nike saat ini telah menjadi perusahaan yang terkenal di dunia, fungsi marketing sangatlah penting. Fungsi marketing menurut David J. Rachman (dalam Kotler dan Amstrong, 2001) untuk mengumpulkan informasi pasar tentang kebutuhan konsumen, mengembangkan rencana pemasaran, dan menetapkan harga. Selain itu, marketing bertujuan untuk mengkomunikasikan produk terbaru dan dapat menentukan segmentasi dari produk. Pemasaran segmen menawarkan beberapa manfaat yaitu perusahaan dapat memasarkan barang dan jasanya secara lebih efisien dalam membidikkan produk dan jasa. Perusahaan juga dapat memasarkan produknya dengan lebih efektif dengan menyesuaikan harga, produk, dan program komunikasinya bagi segmen-segmen yang telah dipilih.
Beberapa variabel yang biasa digunakan untuk mensegmentasi pasar, adalah:
- Geografi, dengan membagi pasar menjadi unit-unit geografis yang berbeda-beda sperti negara bagian, wilayah, maupun kota.
- Pendapatan
- Psikografis, membagi konsumen manjadi kelompok-kelompok yang berbeda berdasarkan kelas sosial, gaya hidup, atau karakteristik kepribadian.
- Perilaku, membagi konsumen berdasarkan pengetahuan, sikap, kegunaaan, atau tanggapan suatu produk.
Dengan melayani segmen dan bukan pasar secara keseluruhan, perusahaan memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk dapat menyampaikan nilai kepada konsumen dan menerima imbalan yang maksimum atas perhatian kepada kebutuhan pelanggan.

Beberapa persyaratan agar segmentasi efektif :
� Terukur : ukuran, daya beli, dan profil segmen-segmen yang telah ditetapkan bisa diukur. Contohnya, ada sekitar 32,5 juta orang Amerika yang kidal. Akan tetapi sedikit sekali produk yang ditujukan pada segmen itu, karena tidak ada data demografi mengenai jumlah mereka.
� Dapat dijangkau : segmen-segmen pasar tersebut dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.
� Substansial : segmen pasar cukup besar atau cukup menguntungkan untuk dilayani secara efektif.
� Dapat dibedakan : segmen yang dibidik adalah secara konseptual dapat dibedakan dan menanggapi secara berbeda program dan elemen-elemen bauran pemasaran.
� Dapat dilakukan tindakan tertentu : program-program yang efektif dapat didesain untuk menarik perhatian dan melayani segmen-segmen yang ada.
Iklan yang masuk dalam salah satu media marketing, juga dapat membentuk brand-image perusahaan. Image apa yang diinginkan oleh perusahaan ketika konsumen melihat produk yang ditawarkan. Dari awal Nike telah menggunakan atlet internasional dari berbagai cabang olahraga sebagai model iklan, melalui iklan ini konsumen menangkap image yang dibentuk dan diinginkan oleh perusahaan. Dan akibat dari pembentukan image ini yang tetap dipertahankan hingga saat ini, maka konsumen selalu mengaitkan produk Nike dengan sesuatu yang berbau olahraga.
Henry Assael (1983) menyatakan bahwa stimuli marketing adalah salah satu alat komunikasi yang didisain untuk mempengaruhi konsumen. Produk dan komponennya seperti kemasan, isi, dan penampilan fisik merupakan stimuli primer. Disain komunikasi yang ditampilkan untuk mempengaruhi konsumen seperti penggunaan kata, gambar, dan simbol yang dikaitkan dengan produk merupakan stimuli sekunder. Cara yang efektif untuk mengkomunikasikan stimuli sekunder adalah melalui konsep produk. Konsep produk adalah gabungan dari keunggulan produk yang dapat memenuhi kebutuhan beberapa kelompok konsumen. Elemen yang mendominasi dalam strategi marketing adalah bagaimana cara mengkomunikasikan sebuah produk.

Diawal tahun 1990-an, NIKE dengan semboyannya ‘Just do it’ diterpa badai serupa yang maha berat, yaitu tuduhan bahwa NIKE telah melakukan exploitasi buruh murah dan tenaga kerja anak-anak oleh para suppliernya di berbagai Negara didunia ini? Dan karena issu itu sampai pada anjuran untuk memboikot produk Nike secara besar-besaran secara global, tentunya hal ini dapat membawa dampak ekonomis terhadap kinerja overal Nike sehingga Nike harus melakukan tindakan nyata untuk bisa meredamnya. Dari hasil audit sementara, ternyata tuduhan itu sebenarnya tidak sesimple yang diberitakan, karena hal itu tidak dilakukan oleh Nike secara langsung, tetapi lebih pada neglesitas (ketidak patuhan) oleh para supplier Nike terhadap standar prosedur yang telah digariskan Nike khususnya dari Negara berkembang untuk mengejar target produksi/target delivery time. Hal ini juga dimungkinkan terjadi karena filosofi model bisnis Nike yang sangat menekankan pada cost-efficient supply chain model disegala lini.

(1). From Denial to compliance.
Nike business model didasarkan sepenuhnya pada global outsourcing. Yang dimiliki Nike hanyalah sebuah gedung kantor pusat di Beaverton (kota kecil di selatan Seatle), dan sekumpulan ahli di berbagai bidang seperti dibidang design, brand manajemen, dll selebihnya semua dioutsourcing. Diawal tahun 1992, sebuah artikel yang dimuat di majalah Harper, mengungkapkan bahwa NIKE diissukan tidak menerapkan praktek kerja yang memadai bagi para buruhnya di pabrik-pabrik supplirenya diberbagai negara, kenapa menggemparkan, bukankah praktek ini juga dilakukan oleh para pelaku bisnis lain di industrinya (termasuk oleh para kompetitor langsung Nike)? Simple, karena berita ini menyangkut sebuah korporasi yg high profile selevel Nike.. Pada awalnya respon Nike adalah sangat devensif yang sifatnya membela diri dan mempertanyakan kenapa harus Nike, yang sudah mempunyai standard corporate value yang sangat etis/tinggi, kenapa media tidak berteriak pada pelaku bisnis lain? Akhirnya Nike sadar, respons tsb tidak memecahkan masalah, Nike kemudian membentuk team audit independen, yang hasilnya menyatakan bahwa grand policy Nike sebenyarnya cukup baik, hanya para suppliernyalah yang tidak mematuhi standarnya dengan benar (non compliance).. tapi tetap saja dengan hasil audit ini malah para pegiat buruh mengagap bahwa Nike tidak serius mencari solusi. Dari pengalaman tsb, tahun 1996, Nike mulai masuk tahap professional, dengan membuat aturan baru & compliance yang lebih ketat bagi para supplier, selanjutnya tahun 1998 membentuk corporate responsibility department yang khusus menangani masalah kepatuhan para suppliers, yang hal ini sekaligus menunjukkan bahwa masalah corporate value ini dikelola juga dengan baik sama seperti departemen lainnya di grup Nike.

(2), Managing Responsibility
Pada tahap pelaksanaan ‘labor compliance’ tsb, Nike menunjuk konsultan terkenal untuk mengaudit pelaksanaan kepatuhan terhadap hampir 900 supplier Nike diseluruh dunia. Dalam tahap ini, biarpun standardnya sudah sangat ketat, tetapi tingkat non compliancenya juga tetap tinggi, dan berdasarkan audit yang mendalam, terbukti bahwa hal ini disebabkan budaya yang sudah tercipta lama di tubuh organisasi Nike itu sendiri dimana performance & bonus masing-masing unit didasarkan pada pencapaian target masing-masing unit. Misalnya bila terjadi keterlambatan produksi, maka untuk mengejar target produksi dan delivery time sesuai jadwal penjualan, maka lembur harus dijalankan, dan dalam kondisi seperti itu ‘non compliance’ terhadap standard Nike sering terjadi. Policy/system performance & bunus unit ini telah mengalahkan usaha besar Nike dalam mengeliminasi ‘non compliance’ ratenya. Juga target jika pendek masing-masing unit sering mengalahkan sasaran ‘compliance’ yg sudah ditargetkan. Untuk mengatasi hal ini, kemudian diusulkan supaya system penilaian dan bonus unit dirubah dan mendasarkannya pada tingkat kondisi buruh yang digunakan di tiap supplier, dan tingkat kepatuhan supplier atas standard yang sudah ada, tetapi tetap juga susah karena budaya kerja Nike yang sudah berjalan sukses selama 3 dekade didasarkan pada brand management scheme. Juga fakta bahwa perbaikan kondisi buruh di berbagai supplier, tidak akan memberikan dampak jika pendek terhadap kinerja keuangan perusahaan, dimana kinerja keuangan ini adalah merupakan fokus jk pendek para investor. Fenomena ini seiring dengan hipotesa bahwa Being good doesn’t always pay.. (bahwa menjadi baik itu tidak selalu menguntungkan secara financial). Jadi tantangan terberat Nike adalah bagaimana mengubah model bisnisnya sehingga sejalan dengan sasaran jangka panjang perusahaan, tanpa mengorbankan sasaran kinerja keuangan jikk pendeknya, dan membuat itu terjadi, Nike harus mampu mengeliminasi disadvantage sebagai first-mover dengan melibatkan para pesaing dan suppliernya. Tahap selanjutnya adalah menciptakan berbagai inisiatif yg melibatkan berbagai stake holder dalam upaya ‘corporate compliance standard’ ini misalnya dengan melibarkan FLA (fair labor association) untuk tenaga kerja di Amerika, SA8000 standard untuk tenaga kerja diluar Amerika, ETI (The multistakeholder Etchical Trading Initiative), yang semua mengarah pada penerapan standar-standar tenaga kerja secara universal sesuai konvensi PBB.

(3) . Responsible Business Strategies
Penerapan strategi bisnis Nike tentunya berjalan seiring dengan perkembangan sistem perdagangan yang berlaku, khususnya dibidang apparel dimana faktor MFA (The multifiber agreement) sangat berperan. Mulai awal bulan januari 2005, MFA akan berakhir, sehingga faktor quota yg selama ini menjadi mekanisme tersendiri dalam pengadaan produk apparel yang masuk Amerika akan segera berakhir. MFA mengatur & memberikan quota kepada tiap Negara perihal jumlah, jenis dan kriteria garment yang bisa diexport masing-masing Negara ke Amerika. Kebijakan tersebut meng-encourage perusahaan seperti Nike mengimpor produknya dari berbagai Negara sesuai quota yang diberikan, juga karena quota dari tahun ke tahun bisa berubah, tidak memungkinkan untuk membuat kontrak jika panjang dengan para supplier. Efektif mulai January 2005, secara alami kebijakan supply chain importer industri apparel akan berubah total, karena akan memungkinkan perusahaan seperti Nike mengurangai jumlah suppliernya ke beberapa Negara saja supaya lebih effisien. Perubahan model sourcing ini diperkirakan akan dapat menghemat cost industri apparel hampir 25%. Juga perubahan ini akan berdampak dalam proses produksi dan kebijakan tenaga kerja yang diharapkan akan lebih ramping (lean), efficient tapi lebih produkti & skilled. Akuisisi Nike di tahun 2004 terhadap perusahaan sejenis yang menghasilkan brand ‘starter’ yang brand manajemennya sangat berbeda dengan produk Nike, juga akan menjadi tantangan tersendiri buat Nike dimasa depan. Produk Nike sangat high profile dan dijual di toko-toko yang high profile juga, sementara produk STARTER majoritas dijual di discounted store seperti walmart, kmart, target. Sasaran jika panjang Nike adalah bagaimana supaya evolution supply channel dimasa depan bisa tercipta kearah ‘common practice’ yang bisa dinikmati oleh semua player dengan lebih baik dan lebih effisien.

(4) Toward civil action
Nike telah banyak terlibat dalam inisiatif yang ditujukan untuk menjembatani corporate responsibility dan kebijakan publik lainnya yang dimulai dengan FLA tahun 1998, partisipasi Nike dalam Global compact yang diprakasai PBB yang ditujukan untuk meningkatkan praktek-praktek bisnis yang bertangung jawab, yang saat itu CEO Nike Phil Knigt secara gamblang mendukung program ‘ mandatory global standard for social auditing’ yang mengharuskan setiap perusahaan memberikan laporan secara berkala sesuai standar tersebut (saat itu Phil Knigt adalah salah satu diantara 50 CEO yg hadir) . Partisipasi ini juga mengharuskan Nike dan para suppliernya ikut menanggung beban biaya dalam pemakaian tenaga kerja dengan kondisi yang lebih baik dalam supply chainnya. Nike mengharap dengan leadershipnya dalam partisipasi inisiatif ini, akan membantu dalam memproteksi brand Nike secara global. Diawal tahun 2004, Nike mengumpulkan para pegiat dibidang internatioanl labor, hak azasi manusia, pegiat lingkungan di kantor pusatnya Beaverton. Kehadiran para pegiat ini untuk hadir dalam seminar itu juga merupakan pengakuan leadership Nike dalam hal tanggung jawab social perusahaan, yang merubah posisi Nike dari sebelumnya sebagai target sasaran kritik menjadi leader pegiat dalam hal tanggung jawab social perusahaan. Dalam menyikapi tantangan corporate responsibility ini, Nike menyikapinya sebagai bagian integral dalam proses globalisasi, pelajaran dalam hal sourcing, yang sangat relevant dengan stragey bisnisnya, Pelajaran ini telah membawanya untuk mengadopsi aturan-aturan baku dalam hal ketenaga kerjaan, membentuk aliansi dengan berbagai pihak termasuk para pegiat tenaga kerja, pegiat lingkungan dan berbagai mutli stake holder lainnya. Keterlibatan Nike dalam berbagai inisiatif ini telah membuktikan leadership Nike dalam hal tanggung jawab sosialnya yang sekaligus sebagai civil leadership, yang mengarah pada organizational innovation….

NIKE merupakan sebuah perusahaan besar yang memproduksi bebagai jenis produk olahraga terutama sepatu, terus melakukan inovasi dan perbaikan baik dalam hal kwalitas produk maupun pelayanan terhadap semua konsumennya. Salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan Amerika ini adalah dengan menerapkan "mass customization" untuk menjaga dan meningkatkan loyalitas dan kepuasan para pelanggan serta meningkatkan profitabilitas jangka panjang perusahaan.Mass Customization dapat diartikan sebagai sebuah strategi dimana perusahaan akan melakukan suply dan produksi terhadap sebuah barang atau jasa berdasarkan permintaan dan keinginan dari konsumen. Dalam hal ini konsumen diberikan kesempatan untuk berkreativitas dan mendesign sendiri produk yang diinginkannya. Namun dengan menerapkan sistem ini akan menciptakan variasi yang sangat tinggi sehingga perusahaan harus menciptakan sebuah operating network yang mampu dengan cepat menangkap keinginan dan kriteria dari konsumen sehingga perusahaan dapat dengan segera memenuhi keinginan dari konsumen. Dalam hal ini perusahaan Nike telah menciptakan sebuah operating network yang mampu mengatasi masalah tersebut dengan menciptakan www.nikeid.com
Dengan NikeiD konsumen dapat menciptakan produk yang diinginkan dengan memilih kriteria dari produk yang telah disediakan oleh perusahaan dan konsumen dapat meciptakan atau melakukan kombinasi terhadap produk yang diinginkannya.
Berikut merupakan contoh bagaimana kita menciptakan produk sepatu yang kita inginkan dengan menggunakan nikeid.com
•Jika anda menginginkan produk Pria maka klik men's dan women's apabila anda menginginkan produk untuk wanita atau pilih collection melihat produk baru atau melakukan personalize terhadap replika dari sebuah kostum Club Olahraga yang anda inginkan.
•Pilih kriteria produk, apakah anda menginginkan sepatu untuk sepak bola, futsal, lari, basketball,baseball,action sport atau view all jika anda ingin melihat semuanya.
•setelah anda memilih kriteria produk, maka akan muncul berbagai tipe dan model dari kri kriteria tersebut, anda tinggal men"klik" produk tersebut dan anda dapat melakukan customization atas produk tersebut baik warna,ukuran,gaya atau anda ingin menambahkan inisial pribadi pada produk tersebut.
•Setelah selesai anda tinggal memilih save and share untuk menyimpan hasil karya anda dan dapat menghubungi pihak perusahaan untuk memproduksinya.
Dengan strategy ini terbukti nike mampu menjaga segmen pasarnya khusunya dalam bidang olahraga sehingga nike mampu menjadi market leader dalam bidang sepatu olahraga namun tetap bersaing ketat dengan rivalnya "Adidas".
Kita berharap industri-industri ditanah air juga mampu mengembangkan strategi ini sehingga mampu bersaing dengan industri global dalam merebut pangsa pasar di Indonesia dan mampu meningkatkan perekonomian kita.
Ada 3 jurus sukses yang diterapkan CEO Nike Inc. semenjak di pimpin oleh Parker, seorang CEO lulusan Pennsylvania State University yang telah berhasil menjadikan Nike.inc sebagai perusahaan raksasa.
1. Inovasi yang sejati – Genuine
Nike selalu menciptakan inovasi yang unik setiap produk yang mereka keluarkan, seperti bola tour accuracy golf Tiger Woods, sepatu yang mempunyai CHIP hingga pelari bisa sambil mendengarkan lagu, dll. Mereka selalu menciptakan sesuatu inovasi terbaru, hingga meningkatkan value dari produk itu sendiri.
2. Endoser
Nike Inc. sangat jeli dalam memilih endoser yang bisa mencerminkan produknya, lihat saja Tiger Woods – Golf, Michael Jordan – Basket, TimNas Brasil- sepakbola. Hal ini sesuai yang di katakan oleh Knight di majalah forbess februari tahun lalu : ” Nike didn’t need a brand guy, it needed a sports guy”
3. Community Marketing
Nike Inc piawai dalam merangkul para pelanggan untuk bergabung dalam sebuah komunitas. Salah satunya dengan membuat event yang mempertemukan para pegolf amatir dengan endoser nike golf. Dengan merangkul komunitas, Nike bisa menciptakan basis konsumen yang loyal dan menciptakan image seseorang bisa di bilang “sporty” dengan hanya memakai merk Nike, walau bukan seorang atlet.
Dalam berbisnis, tingkat persaingan sangat diperlukan. Persaingan memiliki manfaat antara lain, membuat banyak perusahaan retailer berlomba untuk memaksimalkan produk yang mereka miliki dan membuat kemajuan dalam perusahaan. Dengan adanya tingkat persaingan yang tinggi, maka akan berdampak pada pekerja. Jika perusahaan memutuskan untuk mengikuti persaingan, maka haruslah memperhatikan kesejahteraan pekerja dan lingkungan perusahaan. Karena jika tidak, perusahaan secara cepat atau lambat bisa saja kehilangan pekerjanya.
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan bagi pekerjanya antara lain pengembangan sumber daya manusia untuk memaksimalkan efektivitas individu sehingga produktivitas meningkat. Dilakukan dengan cara memberikan umpan balik langsung terhdap kinerja karyawan, tujuan kerja yang jelas, kontrol yang tidak ketat, memiliki kebebasan dalam menjalankan tugas, komunikasi dua arah, dan adanya keterlibatan dalam mengambil keputusan untuk mengurangi adanya kekecewaan dalam menjalani pekerjaan.
Partisipasi pekerja dalam manajemen perusahaan juga diperlukan, agar tidak ada perbedaan pandangan ketika perusahaan memutuskan sebuah keputusan. Partisipasi ini memiliki fungsi melindungi kepentingan karyawan, terjadi kerjasama yang baik antar perusahaan dan karyawan, sistem kontrol bagi karyawan dan perusahaan. Bentuk partisipasi karyawan dalam manajemen antara lain perundingan secara kolektif, pengambilan keputusan bersama, konsultasi, dan berbagi informasi yang terkait dengan perusahaan.

Kesejahteraan karyawan menjadi hal yang penting ketika perusahaan memutuskan untuk melakukan persaingan, karena karyawan haruslah bekerja secara optimal dan efektif. Sebaiknya perusahaan memberikan fasilitas yang berhubungan dengan kesejahteraan karyawan. Pemberian jaminan seperti jaminan kecelakaan kerja, jaminan tabungan hari tua, jaminan kematian, jaminan pengagguran, maupun jaminan sakit, hamil, dan bersalin. Dan yang terakhir adalah pemberian upah yang sesuai. Komponen upah itu sendiri terdiri dari upah pokok, tunjangan tetap dan tidak tetap, bonus, serta upah kerja lembur.
Katagorisasi kesejahteraan karyawan berdasar ILO :
� Intra mural
- Fasilitas medis - Seragam atau pakaian pelindung
- Air minum - Tempat penitipan anak
- Toilet
- Kantin
� Extra mural
- Asuransi - Rekreasi
- Uang duka - Transportasi
- Fasilitas pendidikan - Training yang berkaitan dengan tugas
- Fasilitas perumahan - Fasilitas medis dan kesehatan
Apabila strategi positioning yang dilakukan perusahaan Nike berhasil, maka konsumen tidak terlalu mempedulikan perbedaan penggunaan supplier yang berasal dari Amerika atau Australia. Positioning yang berhasil akan menciptakan image yang baik terhadap produk Nike dalam pikiran konsumen. Kepercayaan akan kualitas dan nilai-nilai yang dimiliki maupun harga yang ditawarkan tidak lagi menjadi hal yang dipermasalahkan. Loyalitas dan persepsi positif akan keunggulan produk merupakan hasil dari strategi positioning yang berhasil. (Schiffman dan Kanuk, 2004)

Adalah sebuah kelaziman bila setiap badan usaha, apapun bidang usaha yang digeluti, berusaha sekeras mungkin untuk memperoleh keuntungan. Namun kini paradigma ini harus digeser. Untuk bisa bertahan di era globalisasi setiap perusahaan tak bisa melulu berpikir ke arah tanggung jawab (baca: memberi keuntungan) pada pemegang perusahaan (shareholders), namun harus perlu juga memperhatikan tanggung jawab sosial ke stakeholders, yakni masyarakat lingkungan dan kelestarian ekosistem sekitar perusahaan
Banyak contoh kasus yang menguatkan betapa pentingnya kesadaran tanggung jawab sosial sebuah perusahaan. Sebut saja Nike, perusahaan perlangkapan olahraga asal Amerika Serikat. Tahun 1990-an perusahaan ini nyaris hancur akibat produknya tak lagi populer dalam daftar belanjaan target pembeli Nike. Saat itu tersiar fakta bahwa para supplier Nike mengeksploitasi buruh dan menggunakan tenaga kerja anak-anak. Sebuah kelaziman dunia bisnis untuk menekan biaya, proses produksi dilimpahkan ke perusahaan lain di negara dunia ketiga.
Dalam evaluasi Nike sadar perusahaannya kurang memperhatikan aspek sosial pada masyarakat sekitar. Hal pertama yang dilakukan untuk mengembalikan tingkat penjualan, Nike menaikkan upah (kesejahteraan) para buruh yang bekerja pada para supplier.
Bersama Nike Google Bikin Gelanggang Sepakbola Online
Raksasa mesin cari internet Google dan superstar perlengkapan atletik Nike, telah bersekutu membuat gelanggang online. Gelanggang tersebut ditujukan untuk para pecinta sepakbola.
Kepopuleran merek dagang Nike memang tiada duanya. Dengan logo bergambar centang ataupun slogan just do it, produk Nike sukses tersebar ke seantero dunia. Demi memantapkan citra, Nike bahkan tak segan bekerjasama dengan tokoh papan atas untuk mendongkrak penjualannya.
knowledge management system, inovasi dan perkembangan insitusi menjadi lebih cepat karena dengan pola siklus knowledge management tersebut semua transaksi terarsip dengan baik dan dapat diakses dengan mudah.
E-COMMERCE merupakan bagian dari perkembangan dunia industri dengan memanfaatkan teknik penjualan barang di dunia maya/internet.
Penjualan melalui internet mempunyai beberapa keuntungan yaitu minimalisasi biaya untuk penjualan ataupun efisiensi dari proses transaksi antara penjual dan pembeli
Tujuan utama dari pengaplikasian teknologi ini yaitu untuk membuat solusi yang tepat dan cepat dari keluhan yang dimiliki oleh costumer
“The right contact and the right solution in the fastest
possible time”.
Manfaat penggunaan e-commerce di perusahaan NIKE yaitu :
1) Agar lebih fokus pada percepatan perkembagan peningkatan keuntungan bisnis.
2) Untuk lebih fokus pada perkembangan strategi marketing.
3) Standarisasi secara global terhadap produknya, menciptakan desain web serta berusaha memanage daya beli konsumen.
4) Membuat strategi penjualan dan perencanaan keuntungan pada setiap tahun.
Sekian penjelasan dan aplikasi singkat di perusahaan NIKE Semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar